Rabu, 12 Oktober 2011

Kegelisahaan Terhadap Peran Serikat Buruh

Oleh: L. Gathot Widyanata


Sebanyak 40 buruh PT Molex Ayus- Tangerang mengadakan konggres SBJ P tingkat pabrik di Sentrum Buruh – Jl. Cello 5 , Taman Puspa - Citra Raya Tangerang, Minggu, 18/9. Dalam konggres tersebut, terpilih sdri Kalwani sebagai ketua SBJ P tingkat PT. Molex Ayus Tangerang, periode 2011 – 2014.

Untuk mensejahterakan anggota, ketua dan pengurus yang terpilih, menyampaikan program kerja jangka pendek dan jangka panjang. Dalam waktu dekat ini, pengurus terpilih akan mengadakan kegiatan tertib administrasi, yakni mendata kembali anggota SBJ P PT. Molex Ayus dan pembuatan kartu anggota. Kerja – kerja advokasi, pengurus akan merundingkan hak – hak normative, yang belum dipenuhi oleh pihak perusahaan.

Kalwani, ketua terpilih menyerukan bahwa “buruh bukan musuh perusahaan tetapi sebagai partner perusahaan”. Artinya, kedua belah pihak saling menghargai. Jika terjadi perselisihan hubungan industrial, harus ditempuh dengan jalan perundingan/dialog, bukan jalan berhadap- hadapan atau konflik.

Apakah kesejahteraan anggota dapat diraih? Sebab dalam dasa warsa terakhir, sepak terjang perjuangan Serikat Buruh berhadapan dengan kekuatan “modal.” Tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan SB sebagai alat perjuangan buruh mati ditengah –tengah “collaboration” kekuatan modal dan negara.

Serikat Buruh Di bawah Kendali Negara

Selama rezim Orde Baru berkuasa, negara melarang pendirian serikat buruh diluar serikat buruh yang direstui oleh negara, yaitu SPSI(Serikat Pekerja Seluruh Indonesia).

Kekuatan kelas buruh dilemahkan dan dikontrol dengan ketat. Militer dan aparat pemerintahan merupakan mesin control yang efektif untuk meredam gerakan buruh. Banyak penangkapan yang dilakukan oleh negara terhadap aktivis buruh. Pada saat yang sama. kooptasi & pembiusan bagi aktivis buruh dipraktikan. Tak heran jika, banyak aktivis buruh lupa akan perjuangan kelas.

Negara memaksakan doktrin HIP (Hubungan Industrial Pancasila) untuk mengatur hubungan majikan- buruh. Pada kenyataan HIP merupakan doktrin untuk melemahkan perjuangan buruh. Perilaku dan pemikiran yang tidak segaris dengan doktrin tersebut, dianggap merongrong kedaulatan negara.

Ketika gerakan buruh mati dan tak membuahkan hasil, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) perburuhan menguat sebagai alternative kekuatan kelas buruh. Fenomena keterpurukan gerakan buruh dan muncul kekuatan baru membuat negara membagi kekuatan control.

Kontrol negara terhadap kelas buruh terpecah menjadi dua yakni control terhadap LSM perburuhan dan buruh sendiri. Kekuatan kelas buruh dan LSM perburuhan bergabung menjadi kekuatan social untuk menentang rezim yang menindas.

Peran LSM perburuhan dalam meingkatkan kapasitas kader buruh lebih kuat ketimbang peran Serikat Buruh. Kader- kader buruh alternative dipersiapkan untuk menyusup dan merebut kepemimpinan di dalam organisasi buruh tingkat pabrik.

Taktik tersebut diambil, besar harapan para kader dapat memperjuangkan terbentuknya PKB (Perjanjian Kerja Bersama) yang ramah akan kepentingan buruh.

Tak ada gading yang retak, begitu bunyi pribahasa kita, kedua kekuatan gerakan buruh terpecah. Ada pergeseran actor utama dalam penyelesaian masalah perburuhan. Banyak LSM lupa bahwa actor utama perubahan adalah buruh sendiri.

Gerakan buruh menjadi perebutan kepentingan kedua belah pihak. Tak sedikit LSM yang mengabaikan factor keamanan buruh tetapi lebih mengedepankan kepentingannya, yakni “kepopularitas”.

Serikat Buruh Di bawah Kendali Modal

Sejak diratifikasi konvensi ILO no. 87 tentang “hak berserikat”, yang disusul disahkan UU No. 21/2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang memberikan legitimasi hukum kemudahan procedural pendirian serikat buruh di republic ini.

Pada saat bersamaan Srikat Buruh berhadapan dengan perubahan system produksi massal, secara radikal mengubah suasana kerja dan pola kerja buruh. Serikat Buruh menjadi “linglung” (tak tahu yang harus diperbuat) ketika “modal” menghendaki buruh yang fleksibel.

Kondisi Serikat Buruh mendapatkan kemudahan procedural mendirikan serikat buruh sekaligus berhadapan dengan “modal” yang menghendaki fleksibilitas tenaga kerja. Di satu sisi, SB menemukan kebebasan berorganisasi, namun di sisi yang lain SB mengalami kehancuran. Berkembangnya fleksibilitas tenaga kerja memberikan peneguhan tidak adanya serikat buruh.

Re- assessment Serikat Buruh

Serikat Buruh sedang menikmati kebebasan berorganisasi tidak direspon untuk konsolidasi internal. Kebebasan berserikat banyak ditafsir kebebasan mendirikan organisasi.

Hal ini untuk membongkar fungsi serikat terbatas pada pelaku adminitratif. Mereka lupa bahwa serikat buruh berperan menciptakan aktivitas yang mensejahterakan anggotanya. Cita- cita organisasi dirumuskan kembali sesuai dengan perkembangan zaman. Ideologi buruh diuraikan sesuai kondisi obyektif.

“Serikat Buruh dalam Bayang- Bayang Fleksibilitas Pasar Tenaga Kerja” mendesak dipikirkan kembali pendekatan kepemimpinan Serikat Buruh menjadi kepemimpinan kolektif yang menganut prinsip partisipatif. Semua keputusan organisasi menjadi keputusan bersama.

Arah perjuangan serikat buruh pada jaman fleksibilitas pasar tenaga kerja adalah menjamin keberlangsungan kerja (tetap kerja) atau kepastian kerja. Dengan demikian keberlangsungan hidup terjadi.

Membangun Gerakan Sosial Baru

Banyak Serikat Buruh masih terjebak hanya membangun kekuatan di tingkat pabrik. Serikat Buruh harus melihat permasalahan perburuhan secara makro, dan berusaha untuk menjawabnya. Membangun karakter SB dan melihat masalah perburuhan secara makro agar terbangun gerakan social baru.

Mengenal karakter Serikat Buruh di tingkat perusahaan dan di luar pabrik menjadi focus untuk menyusun kekuatan. SB dituntut membuat profil perusahaan di tingkat pabrik. Sedangkan di luar perusahaan SB dapat mengusahakan memetakan penyebaran kekuatan yang dimiliki oleh buruh dan masyarakat setempat. Target untuk membangun kekuatan social baru dalam gerakan buruh.

Kekuatan kelas buruh tercabik-cabik ketika simpul – simpul kekuatan. Oleh sebab itu, SB dituntut membangun jaringan perjuangan sebagai kekuatan social baru. Program yang dikembangkan adalah program aliansi dan jaringan serta social kemasyarakatan. Ini semua menjadi kerja organisasi, bukan pihak lain.

Walaupun sejarah memperlihatkan hubungan LSM dengan SB amat kelam, namun pada era globalisasi perlu dicoba lagi untuk membangun kekuatan dengan elemen-elemen kekuatan diluar serikat buruh(NGO, Akademis) yang memiliki strategis pemihakan buruh.

Buruh perlu merapatkan barisan dengan gerakan-gerakan social lainnya yang “baru”. SB dalam melakukan propaganda untuk memperbesar dukungan gerakan buruh dari elemen- elemen gerakan rakyat lain. Sadar bahwa kekuatan buruh terbatas untuk melawan kebijakan perburuhan nasional.

Gerakan buruh harus bisa melihat bahwa gerakan social baru yang lain tidak lagi hanya melibatkan buruh saja, tetapi melibatkan elemen – elemen kekuatan diluar buruh. (***)

Minggu, 09 Oktober 2011

No. 9 Tahun ke-I, September – 4 Oktober 2011 BPB News Informasi Geliat Biro Pelayanan Buruh LDD- KAJ Email : bpb.ldd@gmail.com

Buruh Kontrak & Jamsostek

Sebanyak 400 buruh kontrak PT. Mayora dan Torabika Tangerang , akhirnya diikut –sertakan dalam program JAMSOSTEK per 1 Oktober 2011. Menurut Kasminah, CO OBKO Cikoneng, mereka sudah 1 tahun dikontrak tetapi belum diikutsertakan dalam program JAMSOSTEK.

Calon Tenaga Kerja

Setelah lebaran tahun2011, Tangerang kebanjiran calon tenaga kerja. Ada 4 orang calon tenaga kerja asal Purwokerto mengadu nasib di Tangerang. Untuk sementara mereka ditempatkan di CV Kurnia Langgeng Krida Jatake – Tangerang.

Resah Tunggu 40 Hari

Sebanyak 23 buruh kontrak berkumpul di kontrakan Bapak Wirano- Cikoneng Tangerang, Minggu, 2/10. Mereka diakhiri kontraknya menjelang lebaran tiba. Dalam masa waktu tunggu 40 hari mereka tidak memiliki pekerjaan.

Dalam kesempatan tersebut, mereka membuat pertimbangan: apakah akan kembali kepekerjan yang telah ditekuni atau mencari peluang pekerjaan yang baru?

Akhirnya sebagian besar dari mereka memilih pekerjaan lama, karena tidak dituntut skill.

Pergantian Pengurus SB

Sebanyak 40 buruh PT. Molek Anyus Tangerang mengadakan pemilihan ketua dan pengurus SBJP tingkat pabrik di Cello 5 Citra Raya Tangerang, Minggu , 18/9. Sdr Kalwani memperoleh suara manyoritas.

Dalam kata sambutannya, pengurusan SBJ P PT. Molex Anyus menentukan rencana kerja jangka pendek dan jangka panjang. Kerja jangka pendek, tertib administrasi ( kenggotaan) dan rapat rapat pembentukan dan penguatan pengurus baru.

Sedangkan jangka panjang, selanin mejalan advokasi hak – hak normatif akan terlibat dalam konggres SBJ P tingkat pusat.

Bantuan Kredit Usaha Kecil

APP- PSE Keuskupan Agung Jakarta melalui BPB – LDD mengucurkan bantuan pinjaman kredit usaha kecil kepada 10 orang anggota KBKO RUSUN Cengkareng Jakarta Barat, Sabtu 17/9.

Bantuan pinjaman tersebut Rp 5.000.000,-(lima juta rupiah). Masing- masing program tersebut mendapt pinjaman Rp. 500.000,-dengan mengangsur Rp 12,500,-per minggu. Bunga pinjaman 0,5% per minggu dan angsuran 50 kali.

Disepakati pula, bunga menjadi kekayaan kelompok. Peserta program tersebut diwajibkan menabung per minggu Rp. 1.000,- ( seribu rupiah).

Buruh Suara Gereja

FPBN (Forum Pendamping Buruh Nasional) mengadakan rapat khusus di Wisama Sanjaya Muntilan – Jawa Tengah, Kamis – Jum’at, 29 – 30/9.

Selain membuat evaluasi perjalanan FPBN, berhasil merumuskan 5 tahun kedepan. Rapat FPBN yang dihadiri 11 orang dari berbagai LO sepakat bahwa suara buruh menajdi suara Gereja.

Oleh sebab itu, pendampingan buruh di wilayah Keuskupan terintegrasi dengan pelayanan pastoral Keuskupan. Di tingak KWI, FPBN akan berjuang menjadi komisi atau mencantol di komisi yang ada, seperti Migran Care.

Untuk pertemuan tahunan FPBN akan mengundang beberapa keuskupan banyak memiliki buruh industri, seperti Keuskupan Palembang.

Bantuan Gerobak Usaha

Sebanyak 7 orang, anggota kelompok Tigaraksa dan Balaraja mengadakan pertemuan kerjasama dengan PIT ”INTI” CIA DKI di Sentrum Buruh Villa Balaraja, Jum’at , 16/9.

Pertemuan tersebut difasilitasi oleh Suster – suster HK dan dihadiri oleh Sr Angeline SFD untuk mencarikan kendaraan usaha dalam meningkatkan kesejahteraan buruh. Kerjasama dalam pengadaan bantuan ”gerobak usaha” bagi buruh yang akan mengembangkan usahanya.

Selain , bantuan Gerobak usaha, PIT ”INTI” CIA DKI akan membantu modal awal. Jika usaha tersebut sudah berjalan dan bekembang , peserta program tersebut wajib mengangsur Rp. 10.000,- per hari.

Perserta program tersebut akan mendapat training usaha dan pendampingan dari pihak PIT ”INTI” CIA DKI.

Merumuskan Visi- Misi Perburuhan

Seksi Perburuhan Dekanat Tangerang dengan Biro Pelayanan Buruh LDD KAJ mengadakan curah pendapat di ruang kerja Rm. Marwoto SJ, Pastoran Paroki ST Maria Tangerang, Selasa, 4/10.

Curah pendapat tersebut berhasil merumuskan Visi – Misi Dekanat Tangerang dalam kepeduliannya kepada buruh industri.

Visinya; terwujudnya buruh yang mandiri dan sejahtera serta bermartabat. Sedangkan misinya: (1) Memberdayakan buruh diwilayah Dekanat Tangerang. (2) menemani dan mendampingi dalam perjuangan buruh. (3) Mengembangkan dan memperkuat jaringan buruh.

Hadir dalam pertemuan tersebut: Rm Martoyo, SJ dan Rm Adi Pramono OSC (Dekanat Tangerang), Shukur & Gathot (BPB).

Teror Terhadap Calon Tenaga Kerja

Berkat jalinan Sr Angeline SFD dengan pihak PT Panarub, ada 4 calon tenaga kerja dipanggil untuk mengikuti tes, Selasa, 20/9.

Namun setelah sampai didepan pintu gerbang PT Panarub, - keempat calon tenaga kerja tersebut diancam, akan dipukul dan mapnya dirobek oleh pemuda yang tak dikenal.

Tema APP KAJ 2012

Sebanyak 17 orang dari berbagai komisi KAJ mengadakan rapat persiapan APP KAJ 2012 di Gedung Karya Pastoral, Jl. Katedral 7 Jakarta Pusat, Sabtu, 1/10.

Rapat menyepakati tema APP KAJ 2012 yang telah dibicarakan di Deawn Pastoral, yakni ”Dipersatukan dalam Ekaristi Diutus untuk Berbagi”.

Dengan demikian team kerja APP yang terdiri dari komisi KAJ siap bekerja untuk pengadaan bahan sosialisasi tema APP 2012.

(***)