Kamis, 07 Juni 2012

Sejarah May Day



Diawal abad 19 ditandai oleh perkembangan kapitalisme industry, terutama di negara – negara kapitalis Barat. Pengetatan disiplin dan pengintesifan jam kerja , minimnya upah dan buruknya kondisi kerja di tingkat pabrik, menuai amarah dan perlawanan dari kalangan kelas buruh.
Pada era itu, buruh bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Buruh mempersoalkan dan menuntut agar jam kerja diperpendek menjadi 8 jam sehari. Pada tanggal 1 Mei 1886, 80.000 buruh  Amerika Serikat  melakukan demontrasi menuntut 8 jam kerja.
Demontrasi ini berlanjut sampai 4 Mei 1886. Demontrasi tersebut direspon dengan pemogokan umum, yang membuat 70.000 pabrik ditutup. Klas penguasa terusik. Dengan alat kekerasannya segera menembaki buruh yang melakukan demontrasi dan menewaskan ratusan buruh.
Satu Mei ditetapkan  sebagai hari perjuangan klas buruh dunia pada 1886 oleh Fedration of Organized Trades and Labor Union, selain memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, member semangat baru perjuangan klas buruh yang mencapai massif di era tersebut.
Pada ulang tahun Revolusi Perancis pada 4 Juli 1889, semua buruh berbagai negeri berkumpul dan memutuskan resolusi, yaitu semua klah buruh menuntut pihak yang berwenang pengurangan hari kerja menjadi delapan jam.
Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei, yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah mereka.
Sejak demontrasi serupa diputuskan untuk 1 Mei 1890 oleh Federasi Tenaga Kerja Amerika di konvensi Di St. Louis, Desember , 1888, hari ini diterima untuk demontrasi internasional. Para buruh dari berbagai negara harus mengorganisir demontrasi ini sesuasi dengan kondisi yang berlaku disetiap negara.
Di Indonesia May Day dirayakan sejak tahun 1920, tetapi sejak rezim Orde – Baru hari buruh tidak lagi diperingati di Indonesia. Setelah era Orde Baru berakhir, walaupun bukan hari libur, setiap tanggal 1 Mei kembali marak dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan demonstrasi di berbagai kota.
 Sejak peringatan May Day tahun 1999 hingga 2006 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk kategori "membahayakan ketertiban umum". Yang terjadi malahan tindakan represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka masih berpedoman pada paradigma lama yang menganggap peringatan May Day adalah subversif dan didalangi gerakan komunis
Aksi May Day 2006 terjadi di berbagai kota di Indonesia.  Mereka menolak revisi Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang banyak merugikan kalangan buruh.
Peringatan 1 Mei 2008, sekitar 20 ribu buruh melakukan aksi longmarch menuju Istana Negara pada peringatan May Day 2008 di Jakarta. Mereka berkumpul sejak pukul 10 pagi di Bundaran Hotel Indonesia. Trend isu: “Hapuskan Sistem Kontrak & Outsourcing”. Kedua isu tersebut tidak lagi sekedar wacana tetapi sudah menjadi praktek di dalam hubungan – industrial di Indonesia.
May Day  2009, belasan ribu buruh, aktivis dan mahasiswa dari berbagai elemen dan organisasi memperingati Hari Buruh Sedunia dengan melakukan aksi longmarch dari Bundaran HI menuju Istana Negara, Jakarta. Aksi ini tergabung dalam dua organisasi payung, Front Perjuangan Rakyat (FPR) dan Aliansi Buruh Menggugat (ABM). Ribuan buruh yang tergabung dalam ABM, tertahan dan dihadang oleh ratusan aparat kepolisian sekitar 500 meter dari Istana.
Peringatan Hari Buruh Internasional, pada 1 Mei 2010, ribuan pengunjuk rasa melakukan unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Dari Bundaran HI, mereka kemudian bergerak ke depan Istana Negara. Mereka menuntut akan jaminan sosial bagi buruh. Kalangan buruh menganggap penerapan jaminan sosial saat ini masih diskriminatif, terbatas, dan berorientasi keuntungan.
Hari Buruh Internasional yang jatuh pada 1 Mei 2011, Yang jatuh pada hari Minggu diyarakan ribuan buruh di Tahun 2011. Ribuan buruh Indonesia merayakan Hari Buruh Internasional di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Mereka menyerukan adanya kepastian jaminan sosial bagi para buruh di Indonesia sambil meneriakkan yel-yel perjuangan eperti "Hidup Buruh" dan "Berikan Hak-Hak Buruh," serta mereka berpawai menuju Istana Negara.
Peryaan May Day  2012, rupanya tidak berubah dari tahun-tahun sebelumnya. Pawai – longmarch tetap dilakukan dengan tujuan dan rute yang sama. Bahkan semakin tidak jelas perjuangannya, bahkan dibelokan  dari garis perjuangan yang asli oleh kekuatan modal dan negara. Fakta di lapangan, perayaan May Day 2012 terpecah menjadi perayaan tanpa makna perjuangan. Sebersit pemaknaan May Daya 2012, ketika  beberapa buruh yang melakukan perayaan di depan Istana Merdeka menuntut Negara dan pelaku bisnis memberikan upah yang layak, berlakunya jaminan sosial dan penghapusan sistem outsourcing.
L. Gathot W

No. 15 Tahun ke-II, April - Mei 2012 BPB News Informasi Geliat Biro Pelayanan Buruh LDD- KAJ Email : bpb.ldd@gmail.com



Tangerang
Buruh Tidak Sejahtera?
Pertemuan team kerja GARIS di Sentrum Buruh – Citra Raya Tangerang, Rabu 11 Aparil 2012. Selain membuat evaluasi GARIS edisi 11/XI Januari – Maret 2012, juga mempersiapkan edisi berikutnya, terbit bulan Juni 2012. Terbitan tersebut dinilai lebih baik, seperti tampilan cover dan penampilan foto lebif banyak ketimbang terbitan sebelumnya.
Tema edisi 12/XI Mei – Juli 2012: Buruh tidak Sejahtera?, yang akan ditampilkan dalam Sajian Utama.

Prigen
Pertemuan Tahuan FPBN
Sebanyak 7 Lembaga Gereja yang bergabung dalam FPBN (Forum Pendamping Buruh Nasional) mengikuti pertemuan Tahunan di Wisma Samadi Visentius, Prigen Jawa Timur, Senin- Jum’at, 16 – 19/4. Tema pertemuan FPBN “Bangkit Bersama Kristus dan Buruh”, dibuka oleh Mgr V. Sutikno, Uskup Surabaya. Selain berbagi pengalaman , juga studi tentang 10 prinsip – prinsip Ajaran Sosial Gereja Katolik.
Menjelang hari terakhir, Mgr Pujo, Uskup Agung Semarang memberikan inspirasi perjalanan FPBN dibingkai dengan makna Paskah dalam proses penampakan Tuhan.
Sebelum Misa penutupan yang dipimpin oleh Mgr Pujo, peserta menuntaskan lembar rencana kerja Tahun 2012 – pertemuan selanjutnya pada tahun 2013.

Citra Raya
Persiapan May Day 2012
Sebanyak 16 orang yang terdiri dari buruh, pendamping buruh mengadakan persiapan May Day 2012 di Sentrum Buruh Citra Raya Tangerang, 23/4. Perayaan May Day 2012 yang jatuh pada hari Selasa Mei 2012 akan mengusung isu “Tolak Sistem Kontrak & Outsourcing”.
Peserta rapat memutuskan dua kegiatan May Day 2012 yaitu mendirikan posko peduli May Day pada titik keberangkat peserta pawai wilayah Tangerang dan Baksos Kesehatan di Wilayah Cikoneng- Jatake Jatiuwung Tangerang.

Tangerang
Posko Peduli May Day
Team kerja Posko Peduli May Day 2012, mengadakan pertemuan persiapan pelaksanaan perayaan May Day, di Sentrum Buruh – Citra Raya Tangerang, 28/4.
Posko Peduli May Day 2012 mempersiapkan bantuan air minum dan makanan ringan yang disiapkan dibeberapa titik keberangkatan di Wilayah Tangerang pada , Selasa pagi , 1 Mei 2012.

Tangerang
Rapat Pendamping Buruh
Rapat Pendamping Buruh digelar di Sentrum Buruh – Citra Raya Tangerang, Kamis, 11/5. Rapat memutuskan kegiatan BAKSOS Kesehatan dalam rangka memperingati May Day 2012 dibuat kerja sama dengan PSE St Agustinus Karawaci Tangerang.
Selain kegiatan Baksos, peserta mendesak kegiatan pendidikan entrepreneurship yang bekerja sama dengan seksi perburuhan Dekanat Tangerang. Akhirnya rapat mengadakan evaluasi kegiatan Posko Peduli May Day 2012 yang dilakukan pada 1 Mei 2012.

Balaraja
Ekonomi Rumah Tangga
Sebanyak 21 peserta mengikuti pendidikan dan pelatihan CU Credit Union di Rumah Ibu Petrus Villa Balarja Tangerang , Minggu, 29/4.
Pelatihan yang difasilitasi oleh Bapak Andreas Shukur lebih membahas Ansos & Pengelolaan Keuangan Keluarga. Baru satu orang dari peserta yang hadir yang menjalan pengelolaan keuangan dengan baik, yakni Ibu Petrus.

Tangerang
Persiapan Pelatihan Entrepreneurship
Team Kerja pemerhati buruh Dekanat Tangerang mengadakan pertemuan terkait dengan pelatihan entrepreneurship bagi buruh yang kehilangan pekerjaan, di rauang kerja Rm Wartoyo SJ, Pastoran St Maria – Tangerang, Selasa, 15/5.
Team kerja memutuskan akan diselenggarakan training entrepreneurship pada tanggal 1 Juli 2012 di Gedung Serba Guna St Maria Tangerang.

Balaraja
Lebih Kenal CU PAS
Sebanyak 19 peserta mengikuti palatihan dan pendidikan dasar CU (Credit Union) lanjutan di rumah Ibu Petrus , Vila Balaraja , Kamis 17/5.
Pendidikan dan pelatihan yang difasilitasi oleh Bapak Shukur Andreas lebih menekankan pada  apa itu CU PAS? Bagaimana caranya menjadi anggota?

Citra Raya
SSP se Dekanat Tangerang
Biro Pelayanan Buruh- LDD KAJ (Shukur & Gathot) mengikuti rapat reguler SSP Paroki se Dekanat Tangerang, di Pendopo Pastoran St. Odilia Citra Raya Tangerang, 20/5.
Selain mendengarkan sharing berbagai macam kegiatan pelayanan social yang di lakukan oleh SSP tingkat Paroki, juga menyampaikan kegiatan kerjasama  Baksos Kesehatan dengan SSP Paroki St Agustinus Karawaci Tangerang. SSP Dekanat Tangerang mendukung kegiatan tersebut dan menunggu informasi perkembangan selanjutnya. Sepakat rapat baren SSP St Agustinus, pada hari Selasa, 22 Mei 2012 di Karawaci.

Karawaci
Persiapan Baksos Kesehatan
Team Kerja Baksos Kesehatan bertemu dengan SSP St Agustinus Karawaci Tangerang untuk membicarakan persiapan Baksos Kesehatan di Cikoneng Ilir Jatake Jatiuwung Tangerang yang direncanakan pelaksanaannya pada hari Minggu, 17 Juni 2012, kantor SSP St. Agustinus, Selasa , 22/5.
Selain persiapan menyangkut perijinan dan pelasanaan tehnis, juga meutuskan Bapak Shukur, Frans dan Kasminah akan bertemu dengan Bapak RW setempat untuk membicarakan Baksos Kesehatan di wilayahnya.
Sedangkan rapat bersama SSP St Agustinus- Karawaci kan dilakukan pada hari Senin, 4 Juni 2012 di Kantor SSP.

Kebijakan Ketenagakerjaan Yang tidak Mensejahterakan



Kebijakan Ketenagakerjaan Yang tidak Mensejahterakan

Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2004 melalui white papernya, telah merekomendasikan kebijakan pasar tenaga kerja yang fleksibilitas untuk meningkatkan investasi, mengurangi angka pengangguran dan mengurangi kemiskinan.
Rekomendasi tersebut sudah 8 tahun dipraktekan oleh Negara, namun praktek pasar kerja yang fleksibilitas menciptakan buruh semakin miskin. Persoalan ketidak kesejahteraan buruh semakain mengkawatirkan dan mudah ditemukan dimana- mana.
Fakta upah sebesar UMK bahkan di bawah UMK yang diterima buruh industri yang berstatus kontrak dan outsourcing semakin rendah dan semakin tak mampu mengejar lonjakan kenaikan harga – harga barang – barang kebutuhan pokok.
Rekomendasi Bappenas 2004 ini, lebih berhasil menciptakan  iklim investasi yang kondisif dan  meningkatkan investasi.  Terciptanya pasar tenaga kerja yang fleksibilitas upah buruh menjadi rendah dan tak memiliki daya tawar.
Menurut Indrasari Tjandraningsih, peneliti AKATIGA: Ada 2 strategi dasar yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendukung kebijakan ketenagakerjaan saat ini yakni pertama, menjalankan upah murah dan kedua menerapkan prisip- prinsip liberal, fleksibel dan terdesentralisasi dalam urusan ketenagakerjaan. Kedua strategi tersebut secara sitematis telah membuat buruh tidak sejahtera.
Politik upah murah terbukti menciptakan sulitnya kehidupan buruh, karena nilai rata- rata upah minimum sebesar Rp. 892.160 (misalnya) hanya mampu membiayai 62,4 presen rata – rata pengeluaran buruh (AKATIGA- SPN- bur TEKS- FES TWARO 2009).
Prinsip – prinsip liberal, fleksibel dan desentralisasi berarti mereberalisasi peraturan perburuhan, melonggarkan pasar kerja dan desentralisasi urusan ketenagakerjaan. Ketiga prinsip tersebut dalam emplementasinya secara pasti menurunkan kesejahteraan buruh dan mehilangkan kepastian kerja melalui hubungan kerja kontrak , outsorcing dan magang.
Dengan system kerja kontrak, upah buruh tidak akan pernah mengalami kenaikan dan berbagai tunjangan yang biasa diterima oleh buruh tetap dengan sendirinya tidak diberikan.
Upah murah dan ketidakpastian akan membawa implikasi terhadap penurunan kerja dan produktivitas buruh. Kondisi kerja yang buruk dan penurunan kesejahteraan hanya akan menghasilkan aksi – aksi protes buruh jelas akan membuat situasi investasi tidak nyaman.
Setelah system outsourcing menjadi strategi oleh perusahaan untuk penyediaan tenaga kerja yang murah, Presiden KPSI, Said Iqbal mendesak pemerintah , segera menghapuskan system outsourcing dalam penyerapan tenaga kerja, system outsourcing terbukti memiskinkan buruh.  Ia mengingatkan bahwa outsourcing upahnya 20 % lebih rendah dengan pekerjaan yang sama , waktu yang sama yang bukan outsoucing (detik finance)
Akahirnya , fleksibilisai pasar tenaga kerja di Indonesia tidak disertai dengan jaminan social sebagai “full –back cushion atau jaringan pengaman bagi buruh. Jadi selama buruh dikuasai oleh rezim fleksibilisasi tidak pernah akan sejahtera.

L. Gathot W