Buruh & Enterpreneurship
Jakarta, Blog Spot BPB- Sebanyak 30 buruh korban PHK telah merintis usaha, dari usaha konveksi hingga produk makanan. Namun yang menjadi kesulitan dari mereka adalah soal pemasaran. Hal itu terungkap pada pelatihan entrepreneurship yang diselenggarakan oleh Biro Pelayanan Buruh LDD , Rabu (03/3) di Gedung Karya Sosial KAJ Jakarta Pusat.
Jim Mintarja, memulai karier sebagai barang industry di salah satu perusahaan Group TIRA mengatakan memproduksi barang mudah tetapi untuk memasarkan tidak segampang apa yang kita pikirkan.
Dalam evaluasi produk, untuk kemasan hindarilah penggunaan steples, karena berbahaya. Soal label, merk dibuat dengan warna-warni, pasti akan lebih menarik perharian orang. Soal bentuk produk, Jim Mintarja mengusulkan membuat ukuran bulat yang sama.
Siapa yang sudah usaha? Dan siapa yang belum? Dari peserta yang dating, mayoritas sudah memulai usaha. Tip bagimana membuka usaha: (1)melihat peluang dan kesenangan, (2) mau jual kemana dan siapa pasar kita?, (3) bagaimana caranya supaya produk kita dikenal atau mau dibeli orang.
Setelah itu, ada berbagi pengalaman usaha, missal sdr Hendy dari Pasar Kemis, mantan buruh PT. Nasa- Tangerang. Ia memproduksi kerupuk bawang dan stik keju. Teman- teman BPPC ada yang usaha mie ayam dan jahe merah. Sedangkan teman –teman Tigaraksa membuat manisan cabe dan terung. Teman – teman dari rusun Cengkareng membuka usaha konveksi.
Menurut Jim, jangan berhenti berinovasi dan diusahakan membuka usaha yang unik. Jim Mintarja juga menyinggung manajemen keuangan: “pisahkan keuangan usaha dengan keuangan keluarga, disiplin membuat catatan sampai sekecil- kecilnya”.
Pada akhir session, Bapak Jim memotivasi peserta bahwa salah satu karunia terbesar manusia adalah pikiran. Manusia diberi potensi yang besar, tinggal bagaimana kita menemukan potensi-potensi yang bisa dikembangkan. Mengapa ada orang yang tidak juga memulai usaha? Takut! Maka harus diatasi dulu ketakutan. (***)
Serikat Mengembangkan Usaha
Cengkareng, Blog Spot BPB- Pengurus dan simpatisan Serikat Buruh (GSBI) tingkat PT KMIL Cengkareng – Jakarta Barat membangun kerjasam dengan LDD untuk menemukan solusi alternative pemberdayaan serikat dibidang ekonomi.
L. Gathot Widyanata, utusan Biro Pelayanan Buruh – LDD, Sabtu (16/3) di sekertariat SB PT KMIL Cengkareng Jakarta barat menyampaikan focus program BPB yang bisa diakses oleh serikat. Tahun 2010 BPB memiliki dua focus program, yakni program pengorganisasian serikat buruh dan pengorganisasian buruh kontrak & outsourching.
Untuk mewujudkan program tersebut, BPB menawarkan entry point (pintu masuk) yakni pemberdayaan ekonomi bagi buruh dan keluarganya. Misalnya, serikat memiliki usaha- saat ini, teman – teman PT KMIL memiliki usaha jual pulsa. Untuk mengembangkan usaha tersebut BPB dapat memfasilitasi pelatihan usaha dan bagaimana mengusahakan modal.
Disamping itu, 8 buruh pengurus Serikat Buruh PT KMIL yang ter-PHK karena mendirikan serikat, mempunyai mimpi untuk membuka usaha bengkel bubut, - yang menarik dari mimpi tersebut bahwa usaha tersebut dijadikan usaha serikat.
Salah satu peserta pertemuan menuturkan, untuk mendapatkan modal apakah kami harus mengajukan kepada LDD. Menurut L. Gathot Widyanata, Biro Pelayanan Buruh LDD bukan lembaga penyandang dana permodalan. LDD memberikan cara untuk mendapatkan modal tersebut.
Abubakar, salah satu pengurus mantan Serikat Buruh PT KMIL menarik kesimpulan sementara bahwa kita perlu membuat pertemuan dengan LDD secara berkelanjutan. Ia tertarik untuk memulai dengan membangun koperasi terlebih dahulu. (***)
Buruh Outsourcing Asal Sangirtalaut
Bekasi, Blog Spot BPB- Son Laluraga buruh outsourcing asal Sangirtalaut – Sulawesi Utara. Ia bekerja di PT. Metindo Era Sakti Bantar Gebang – Bekasi melalu penyedia jasa tenaga kerja PT Indo Karya yang beralamat di jl. Cut Mutia – Bekasi. “Upah yang aku terima hanya Rp. 800.000,- per-bulan”, ungkanya. Sementara, ia harus menghidupi keluarga dan menanggung dua anak yang masih diduduk dikelas SD.
Kesaksian tersebut dibagikan pada pertemuan koordinasi buruh kontyrak & outsourcing di rumah Ibu Jadmoko, Jl. Benda- Padurenan Bandar Gebang – Bekasi, Minggu (21/3). Menurut Son yang beristri orang Medan, “Aku harus rela mengeluarkan uang Rp. 1.000.000,- untuk mendapatkan pekerjaan tersebut”.
Dalam carut- marutnya hubungan industrial, ia mengingat kembali potensi yang pernah dimiliki. Ia pernah membuka usaha produksi mie tanpa pengawet dan bakso. Namun usaha tersebut ditidak ditekuni, lebih tertarik bekerja di pabrik (relative tetap penghasilannya- red).
Motivasi bertemu dengan teman –teman, dapat membangkitkan jiwa enterpreurship yang lama ditinggalkan. Demikian halnya teman – teman yang hadir dalam pertemuan tersebut memiliki motivasi yang sama. Pada dasarnya, peserta yang hadir butuh komunitas untuk bertemu dalam menghadapi kondisi ekonomi keluarga buruh yang terpuruk.
Sebagai entry point pengorganisasian buruh kontrak & outsourcing, peserta sepakat untuk mempelajari koperasi bentuk pemberdayaan permodalan. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar